My Novel

The tattoo menceritakan seorang laki-laki yang terserang sejenis penyakit aneh karena sebelumnya pernah di tattoo di bagian lengannya dengan sebuah tattoo yang bernama Tribal. Perasaan sakit yang datang dari bagian tubuh yang ditattoo akan perlahan-lahan hilang jika ada bagian tubuh lainnya yang mengalami tusukan jarum untuk membuat tattoo berikutnya. Namun tubuh yang penuh tattoo ini ternyata menjadi bumerang buatnya. Bagaimana Si Tattoo bisa lolos dari masalah ini?

Friday, January 20, 2006

Tattoo 2

Aku mengamati tubuhku di depan kaca. Hmmm…otot-otot yang kulatih selama ini telah terbentuk menjadi otot yang kering yang menjadi cita-cita para binaragawan. Trisep dan bisep yang kokoh, tanpa timbunan lemak. Memang latihan yang cukup menyita waktuku selama ini tidak akan sia-sia. Otot perutku yang sudah membentuk six pack. Sungguh aku sudah merasa puas dengan pencapaian yang sudah kulakukan. Hampir setiap hari kubagi waktuku untuk memahat setiap inci dari tubuhku. Lemak yang tersimpan di pinggangku tidak akan lama bercokol disana. Karena setiap aku mengamatinya di depan kaca selepas itu pula aku terbang menuju tempat kebugaran.
Aku Tio. Nama lengkapku Tiopan Erlangga Siregar. Umurku 29 tahun November kemarin. Mamaku orang sunda. Tapi karena lebih banyak bergaul dengan orang Batak, mamaku lebih terkenal dengan kebatakannya. Dulu, sewaktu bapakku bertemu mama di daerah Cimahi, mama begitu lembut dan sangat pendiam. Hanya senyuman yang disunggingkan saat papa menyampaikan niatnya untuk melamar mama. Nama gadis mama adalah Naomi Suci. Dan mungkin semua tabiat mama sewaktu masa gadisnya adalah perwujudan dari namanya. Mama begitu polosnya menghadapi lawan jenisnya. Sehingga tanpa banyak pertanyaan mau dan berani menerima lamaran dari papa.
Pada saat itu bapa adalah seorang tentara dengan pangkat rendah. Gaji keluarga tentara dengan pangkat rendah bisa dimengerti hanya beberapa puluh ribu dengan beras catu yang sudah mengeluarkan aroma bau.
Kami dibesarkan hanya dalam keluarga yang kekurangan namun penuh cinta. Saya masih ingat saat ibu membelai rambut kami satu persatu. Kami masih ingat saat kami menangis karena lapar. Dekapan ibulah yang bisa menenangkan jiwa kami. Memang ibu yang berlatar belakang seorang wanita sunda berubah menjadi wanita batak yang sangat tangguh. Papa memanggil ibu sebagai boru ni raja (putri raja) karena kebesaran hatinya dan karena kemampuan instingnya sebagai seorang ibu yang sangat tangguh.
Aku terbangun dari lamunanku, tanganku berdarah. Ternyata aku menggoreskan pisau cukur terlalu kencang di daguku. Uhh, perihnya. Agak lama darahnya membeku. Kulirik kembali cermin yang ada di depanku. Kulihat disana Tio seorang presenter yang sedang naik daun. Senyummu itu adalah senyum yang sebenarnya. Dan banyak pemirsa menyukai senyum yang itu karena mereka tahu senyum itu sangat natural. Dalam sebuah acara yang saya pandu, tanpa tidak sengaja ada pemirsa yang menyampaikan tanggapannya. Dan dia adalah pendengar setiaku. Dia berkata sangat senang jika saya ada di televisi dan dia juga berkata kalau senyum yang selalu saya sunggingkan adalah senyum yang tidak dibuat-buat. Lihat presenter-presenter yang lain, mana ada senyum mereka itu senyum natural. Semuanya dilakukan secara terpaksa. Bosan kita melihat acaranya karena orangnya saja tidak jujur kepada dirinya sendiri.
Aku sendiri jadi berpikir, ternyata pemirsa televisi sekarang sudah seperti psikolog profesional. Mereka mampu berkata dan menilai bahwa si A bagus, si B jelek. Itu mungkin kenapa semua presenter sekarang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Dengan talenta yang mereka punya, mereka bisa memberikan pengaruh lebih kepada pemirsanya melalui acara yang dibawakannya.
Dan aku juga menyadari bahwa penampilanku sekarang adalah karena komplain dari pemirsa juga. Dulu mereka berkata kalau aku terlalu gemuk. Perut buncitku yang menonjol akan tetap terlihat di layar televisi walaupun aku sudah menahan napas. Argghh. Selentingan-selentingan kalau perut buncitku akan mengurangi sedikit banyak penampilanku selalu mengusik diriku. Terkadang aku kehilangan percaya diriku kalau aku memiliki kekurangan ini.
Aduh…Tio, tolong dech tuh perut dikecilin dikit…..hehehehehehe. Atau, eh…diet dikit donk….khan biar lebih cakep.
Tidak hanya satu atau dua orang yang memberikan kritikan itu kepadaku. Malah sms dalam handphone juga banyak yang minta aku supaya diet. Aku heran kenapa penampilan sangat penting kepada profesi ini. Lihat aja si hughes yang memiliki kelebihan lemak disana-sini. Tetap saja dia percaya diri.

Memang yang membuat bobotku naik terus menerus adalah karena hobby makanku setelah jam 9 malam meningkat dua kali lipat. Kebiasaanku yang sering begadang sampai larut malam saat aku harus membaca buku terbaru yang selalu aku siapkan di samping tempat tidurku. Makanan cepat saji dengan minuman bersoda di tambah cemilan kerupuk kentang selalu mengisi hari-hariku di pagi buta.
Semenjak dapat teguran dari produserku yang bilang aku sedikit kesulitan bernafas sangat menggangguku saat itu. Hari itu juga aku mencari tempat latihan untuk senam aerobik.
Lamunanku kembali terganggu oleh dering telepon genggamku. Kulirik jam di dinding. Sudah pukul 11 siang. Kutelan ludah, karena aku sudah lapar. Telepon dari Enrique. Agak lama aku menunggu sebelum menjawabnya.
“Hai, Enrique……” sapaku dengan basa-basi.
“Tio, temanin gw ke tattoo studio yah?”
“Tapi gw ada siaran hari ini”
“Lu khan siaran sore, emangnya gw nggak tahu?” balasnya dengan buru-buru.
“Yeee…kok jadi elo yang tahu kegiatan gw sih?” jawabku dengan sedikit meledek.
“Ok deh, gw temanin. Tapi gw belum makan siang, traktirin gw yah?”
“Hah…..selebritis minta di traktirin?”
“Mau atau elo pergi sendirian?” ancamku dengan nada serius.
“Mmmmmm…….OK dech, entar keburu elo berubah pikiran lagi. Kujemput setengah jam lagi ya?”
Klik. Telepon diputus langsung. Dasar, orang kaya pelit. Say byee aja nggak ada. Minta ditraktir aja mesti pake acara mikir. Enrique Sanobo. Teman gw semasa kuliah dulu. Sama-sama di fakultas teknik. Cuma aku di jurusan teknik kimia dan dia di teknik arseitektur. Sejak kuliah, Enrique sudah dikelilingi kemewahan. Dan segala peralatan gambar untuk semester 6 saja sudah terlengkapi di semester awal. Wowww.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home